Dialog Yang Menakjubkan Antara Pelaut Dengan Para Pemuda
Ada sekelompok murid yang bertamasya di laut dengan naik kapal. Di kapal tersebut juga tinggal seorang pelaut yang kelihatan bodoh sehingga sangat mudah untuk dipermainkan, diasingkan, dan diledek. Tetapi pelaut itu ternyata seorang yang sangat bijaksana. Perhatikan pesan dalam dialog dibawah ini.
Seorang murid yang pandai berkata kepadanya : “Wahai paman, ilmu apa yang telah kau pelajari?” Pelaut : “Tidak ada sayangku.”
Murid : “Apakah Engkau telah belajar fisika (ilmu alam)?”
Pelaut : “Tidak, dan Aku tidak pernah mendengarnya.”
Seorang murid lain berkata : “Akan tetapi Engkau harus mempelajari ilmu hitung, aljabar, dan pergantian cuaca.”
Pelaut : “Ini aneh, baru pertama ini Aku mendengar nama-nama itu.”
Murid ketiga berkata : “Akan tetapi Aku percaya bahwa Engkau telah mempelajari ilmu Geografi dan Sejarah.”
Pelaut : “ Apakah itu nama dua Negara, atau nama-nama orang?”
Anak-anak muda itu meninggikan suara dan tertawa terbahak-bahak, mereka berkata : “Berapa umurmu, wahai Paman?”
Pelaut : “Empat puluh tahun.”
Mereka berkata : “Telah Engkau sia-siakan separuh umurmu, wahai Paman.”
Diamlah pelaut itu karena kesedihan dan kepedihan hatinya, dan hanya menunggu gilirannya. Laut bergelombang dan bergemuruh. Gelombangnya semakin tinggi dan kapal mulai terombang-ambing, seakan gelombang itu membuka mulutnya untuk menelan mereka. Para pemuda di atas kapal tersebut terguncang-guncang, dan kapal itu pun hampir tenggelam.
Tibalah giliran pelaut yang bodoh itu berkata dengan tenang, “Apakah ilmu-ilmu yang telah engkau pelajari wahai para pemuda?”
Para pemuda mulai membacakan daftar ilmu yang telah mereka pelajari di sekolah dan kuliah dengan panjang lebar, dengan maksud menjelaskan kepada pelaut yang bodoh tapi bijaksana.
Setelah selesai menghitung jumlah ilmu yang nama-namanya menyeramkan, pelaut itu berkata dengan tenang dan bercampur dengan rasa menang, “ Wahai anak-anakku, engkau telah mempelajari ilmu-ilmu yang banyak. Apakah engkau telah mempelajari ilmu berenang? Tahukah kamu apa yang harus engkau lakukan apabila perahu tenggelam? Bagaimana kah kalian bisa menyelamatkan diri?
Mereka berkata : “Demi Allah, tidak wahai paman. Kami tidak mempelajarinya.”
Pelaut itu berkata kepada mereka : “Apabila aku telah menyia-nyiakan separuh umurku, maka engkau telah merusak semua umurmu, karena ilmu-ilmu itu tidak berguna bagi kalian JIKA kapal ini diterpa angin topan atau badai yang dahsyat hingga menyebabkan kapal ini tenggelam, dan kalian akan mati. Sesungguhnya ilmu yang satu ini, yaitu ilmu “berenang” yang kalian lupakan itulah yang akan menolong.”
Murid-murid berkata sambil menangis : “Wahai paman, bergetar hebatlah hati kami ini, yang Engkau katakan seakan-akan petir bagi kami. Ini adalah satu-satunya ilmu yang terlupakan oleh kami untuk mempelajari dan menguasainya. O… celakalah kami!
Inilah pentingnya misi yang ditawarkan oleh setiap pembawa risalah Allah (Para utusan Allah) kepada seluruh manusia yang sedang tinggal di bahtera kehidupan yang tua yang hampir tenggelam. Dan ini pula yang membedakan antara risalah tersebut dengan segala macam pengetahuan, pengajaran, kebahagiaan, dan keselamatan yang manusia ciptakan.
Wahai jiwa yang telah menguasai ilmu berenang, masuklah ke dalam kapal tua yang hampir tenggelam itu, dan ajarilah setiap orang yang berada di kapal itu untuk mampu “menyelamatkan diri” pada saat kapal itu benar-benar tenggelam dengan segala isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar